Our amazing new site will launch in

Rabu, 19 September 2012

Cerpen V




Andaikan, ya. Andaikan!(V)
Karya: Asri Saepul Putri

27 Agustus 2010 adalah tanggal pengumuman hasil dari perlombaan kemarin. Caca dan Rara duduk menunggu hasil dari penampilan mereka. Caca menatap Rara aneh. Rara yang menyadarinya lantas ikut menatap Caca bingung.
“Kenapa, Ca?”
“Liontin dari Ayah sama Bunda mana, Kak?” Rara memeriksa lehernya. Ia terpaku saat menyadari liontinnya hilang.
“Kamu emang gak liat, Ca? Kamu, Yo?” tanya Rara panik.
“Aku aja baru sadar tadi. Aku gak tau,” bantah Caca. Rara mengalihkan pandangannya pada Tyo.
“Kamu tau, kan?” Tyo menggeleng.
“Aku pikir kamu emang sengaja gak pake liontin itu,” Rara melotot.
“Itu, kan. Liontin keluargaku. Aduhh, dimana sih?” kesal Rara bolak-balik mencari liontinnya.
“Ini gara-gara musik. Kalau aja aku gak…”
Seseorang memotong kata-katanya, “Ini liontinmu?” Rara, Caca, dan Tyo berbalik.
“Bunda…,” kata Rara dan Caca melihat sosok yang ada didepannya. Wanita paru bayah itu memeluk Rara dan Caca erat.
“Kalian Ara sama Caca, kan?” wanita itu merenggangkan pelukannya.
“Iya. Kita Ara sama Caca,” wanita itu tersenyum penuh haru. Rara dan Caca yang juga sangat merindukan orantuanya tersenyum manis. Tyo merasakan keharuan dari pertemuan mereka. Wanita yang ternyata Bu Rhena itu duduk ditengah kedua putri-putrinya.
Mereka tidak ingin dulu berbicara banyak karena ingin mendengar dulu prestasi yang akan diraih Caca. Hati Caca lebih dag-dig-dug dari mereka berempat. Caca menggenggam tangan Bu Rhena dengan keringat dinginnya.
“Juara kedua diraih oleh Ratu Dwiana dari SMA Negeri 02 Jakarta Timur.” Caca semakin bergetar. Rara dan Bu Rhena terus memberi dukungan untuk Caca.
“Dan juara pertama kita tahun ini adalah… Desya Heriawan dari SMA Bina Global Jakarta,” Caca sontak jingkrak-jingkrak. Ia tersenyum bahagia. Ia memeluk Rara dan Bu Rhena kemudian naik ke atas panggung.
Caca mengucapkan terima kasih yang sungguh besar untuk Rara, Tyo, Egi, dan seluruh sahabat-sahabatnya. Ia tak menyangka semuanya akan indah seperti sekarang ini
***
Kafe Victoria, 14.00
Caca, Rara, Tyo, Bu Rhena, dan Egi sedang merayakan keberhasilan Caca kali ini. Mereka sengaja lunch bareng. Tampak rona kebahagiaan dari wajah mereka terlebih dari Caca. Rara menceritakan bahwa dia selama ini sempat membenci hal-hal berbau musik. Bu Rhena hanya geleng-geleng. Rara juga ikut terkekeh.
“Ngomong-ngomong selama ini  Bunda kemana?” tanya Rara.
“Setelah kejadian itu, Bunda amnesia sayang. Bunda gak inget apa-apa. Bunda selama ini tinggal di pedesaan sama nenek-nenek baik hati. Seminggu yang lalu, mama ngerantau ke Jakarta buat nyari kerjaan. Nah, mama dapet kerjaan di cathering,” tutur Bu Rhena.
“Terus kenapa bisa dapet liontin kak Ara?” tanya Caca.
“Bunda lagi nganterin kesana. Nah, pas Bunda lewat. Bunda gak sengaja nginjek liontin itu, Bunda ambil aja. Tiba-tiba ingetan Bunda pulih setelah liat liontin itu, meski sempet pusing dulu. Bunda pengen ngejar kalian, tapi kalian udah pergi. Jadi, Bunda kesana lagi tadi,” tungkas Bu Rhena. Mereka manggut-manggut.
“Mas Deni mana? Ayah mana, sayang?” seketika mereka terdiam. Caca menundukkan kepalanya.
“Ayah udah gak ada, Bun. Gara-gara kecelakaan waktu itu,” ujar Caca pelan.
Mata Bu Rhena berkaca-kaca. Ingin ia menangisi hal ini, namun tak mungkin ia menangis di depan kedua putrinya. Ini hanya akan membuat mereka ikut terbawa kesedihan mendalam yang telah sekian tahun terlewatkan.
Caca dan Rara memeluk Bu Rhena erat.
“Ternyata musik gak seburuk apa yang aku pikirin. Dengan musik aku bisa ketemu sama mama,” ujar Rara setelah melepaskan pelukannya.
“Bukan musik yang salah, ini takdir Tuhan,” ujar Bu Rhena tersenyum manis. Caca, Rara, Egi, dan Tyo menatap Bu Rhena seakan memberikan jawaban bahwa mereka mengerti.
Caca sekarang mengerti. Dia percaya, jika dia berniat merubah sesuatu bukan hanya menunggu, menunggu, dan menunggu. Ia harus action juga. Jika memang ingin mendapatkan hasilnya.
Rara telah menyadari bahwa jangan pernah mengkambing hitamkan sesuatu dengan masalah yang dihadapinya. Ini hanya skenario dari Tuhan semata. Toh, Rara telah percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan masalah di luar batas kemampuannya. Semuanya juga akan indah jika telah waktunya, prinsip yang kini Rara tanamkan setelah semua kejadian sulitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Mahasiswi Diploma-Gizi, angkt 51 Institut Pertanian Bogor. Orisinal dr Cianjur.
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive